Tradisi ‘Manambang’ di Sumbar Tersekat Corona
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
PADANG – Lebaran tidak hanya menjadi sebuah kebahagiaan bagi umat muslim yang telah melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Tapi, lebaran juga menjadi hari-hari yang ditunggu oleh anak-anak, terutama anak-anak di daerah Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar).
Bertepatan usai melaksanakan salat Idul Fitri, ada tradisi yang sudah lama dijalani yakni manambang atau secara umum dikenal bagi-bagi uang. Tradisi ini dilakukan oleh anak-anak yang berada di sebuah perkampungan atau di kompleks perumahan, dimana satu per satu rumah keluarga dan rumah tetangga akan disinggahi.
Hal yang dilakukan oleh anak-anak itu, bukan tanpa alasan. Sekilas dilihat ada jalinan silaturahmi, antara keluarga dan tetangga serta ke warga di sebuah perkampungan atau kompleks perumahan. Ada makna di balik tradisi manambang itu.
Budayawan dan Seniman Sumatera Barat, B. Adoeska, mengatakan, tradisi manambang di Minangkabau hanya ada di momen lebaran Idul Fitri. Anak-anak seakan panen uang di momen lebaran, meskipun itu uang pecahan Rp2.000 atau Rp5.000 yang mengisi kantong celananya.
Tradisi manambang hanya untuk anak-anak saja, sementara yang sudah remaja atau dewasa, tidak lagi melakukan menambang. Malahan yang sudah dewasa dan sudah berpenghasilan, yang harus memberikan uang kepada anak-anak yang datang bersalaman.
“Tradisi ini intinya soal berbagi dan bersilaturahmi. Silaturahmi anak kepada orangtua, berbagi antar sesama tetangga, dan menghormati orang yang lebih tua,” katanya, ketika dihubungi via telepon, Minggu (17/5/2020).
Di dalam tradisi ini, bukan nilai uang yang jadi tolok ukur. Tapi berbagi dan saling bermaafan itu yang terlihat indah. Namun, dalam kondisi wabah Covid-19 ini, suasana manambang mungkin tidak akan seperti biasa, dan mungkin saja tidak bisa dilakukan.