Berwisata Religi dalam Keindahan Arsitektur Masjid Agung Jateng

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), menjadi salah satu ikon landmark di Semarang. Dalam perkembangan masjid tersebut, tidak hanya sebagai tempat ibadah bagi kaum muslimin, namun juga menjadi destinasi wisata religi.

Sebelum merebaknya virus corona hingga pemberlakuan pembatasan fisik, sosial dan wilayah, setiap hari ada ratusan pengunjung yang menyambangi kompleks MAJT. Tidak hanya untuk beribadah, namun juga mengagumi keindahan arsitektur masjid.

Terdapat kombinasi antara arsitektur Arab, Romawi, dan Jawa, dalam MAJT. Hal tersebut tercermin dari bangunan utama masjid, berupa atap limasan khas bangunan Jawa, seperti Masjid Agung Demak.

Sementara, arsitektur Arab terlihat pada penempatan kubah besar berdiameter 20 meter di masing-masing bagian ujung atap. Selain itu juga terdapat empat menara, masing masing setinggi 62 meter di tiap penjuru.

Sedangkan penerapan gaya Rowawi, bisa dilihat dari penempatan 25 pilar bergaya koloseum Athena berhias kaligrafi di bagian pelataran masjid. Sementara, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat.

Penerapan gaya Romawi bisa dilihat dari penempatan 25 pilar bergaya koloseum Athena berhias kaligrafi di bagian pelataran masjid. Sementara, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, Minggu (17/5/2020). Foto: Arixc Ardana

Selain arsitek bangunan masjid, wisatawan tertarik berkunjung ke MAJT untuk melihat enam payung elektronik raksasa, layaknya di Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Namun tidak setiap hari, payung-payung elektrik tersebut dibuka, hanya pada momen tertentu. Seperti pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, serta ada acara tertentu.

Lihat juga...