Perginya Sang Pejuang Sunyi

Catatan Ringan Akhir Pekan, T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Berbekal sebuah HP sederhana, dan dengan satu jarinya,  ia curahkan semua isi hatinya dan pandangannya tentang dunia sekitar dia. Ia menulis apa saja.  Kini ia mahir berbahasa Inggris, dengan bahasa ini ia sampaikan isi hatinya dalam tiga buku di atas. Jika ada tamu yang menjenguknya,  ia menatap sang pengunjung  dengan mata gembira, dan bibirnya terus tersungging. Ketika kian lemah, dan semakin sulit bernapas — karenanya semakin sulit berbicara — maka ia akan menulis dengan satu jarinya di atas HP-nya yang butut itu ” Alhamdulillah atas semuanya.”

Kita hanya menebak saja kenapa Irfan selalu bersyukur kendati dengan kondisinya yang sangat menyayat itu. Buku-buku itulah yang bisa menjelaskan sedikit. Bukunya memang bercerita tentang kisah hidupnya tapi jauh dari pandangan mengiba.  Justru ia menyampaikan tentang keindahan dunia versinya. Ia menceritakan, hidupnya  indah, karena ayahnya selalu di sampingnya.

Ia merasa hidupnya sangat berharga karena kehadiran semua orang-orang dekatnya;  ia juga tak habis-habis bersyukur, ketika dalam situasi mendesak, selalu saja ada bantuan dari belahan dunia mana pun yang tak terbayangkan. Lebih beruntung lagi, ia dapat menguasai bahasa Inggris dengan dan menulis tiga buah buku.  Ucapan spontan “Alhamdulillah” adalah ekspresi rasa syukur pemuda tak berdaya ini karena ia merasa beruntung.

Irfan mungkin tidak menyadari, kini ia telah menjadi positive role model bukan hanya bagi sesama penyandang disablitas, tapi bagi kita yang bertubuh sehat. Dia telah membantu kita untuk belajar menghargai kehidupan sekarang dan mendatang. Ia juga telah mendorong semua orang untuk selalu bersikap positif. Ganjalan hanya akan terjadi jika kita yang menciptakan sendiri.

Lihat juga...