Pemerintah Perlu Buat Skenario Pendidikan di Masa Pandemi
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Dunia pendidikan nasional sedang menghadapi tantangan dan hambatan dalam proses pendidikan dan pengajaran di masa pandemi Covid-19 yang langsung berdampak kepada siswa, guru, dan proses pembelajaran.
Satriwan Salim, Wasekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (BDR) itu faktanya banyak ketidaksiapan sekolah, guru, siswa, orang tua, termasuk pemerintah (daerah) untuk menghadapi tantangan pendidikan ini.
Ia mencatat, sebanyak 68.265.784 juta siswa seluruh Indonesia terdampak, yang akhirnya belajar di rumah akibat Covid-19 (World Bank, 2020). Kemudian sekitar 3,2 juta guru juga merasakannya.
Satriwan Salim mengatakan, FSGI mendesak pemerintah segera membuat skenario pendidikan di masa krisis (Covid-19). Menurutnya, skenario pendidikan ini berguna jangka pendek (menghadapi krisis Covid-19) dan jangka panjang (jika suatu saat nanti Indonesia menghadapi ancaman bencana lainnya). Kurikulum darurat masa krisis penting didesain, sebab kondisi masyarakat, orang tua, siswa, guru, dan sarana prasarana penunjang pendidikan (sekolah) saat ini sangat serba terbatas.
Satriwan Salim menambahkan, keterbatasan dari segi ketersediaan sarana/media pembelajaran; kompetensi; akses terhadap sarana/media; keterbatasan interaksi langsung karena kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial berskala Besar); pembiayaan; waktu yang terbatas; dan pengelolaan pembelajaran pada umumnya. Bisa dibayangkan, kurikulum pembelajaran yang dipraktikkan di masa krisis ini adalah kurikulum yang dibuat pada masa normal dan dipakai untuk keadaan normal pula.