Kementan Optimalkan Pengembangan Sapi Pasundan
JAKARTA – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus mengoptimalkan pengembangan ternak asli Indonesia, yakni sapi pasundan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, menjelaskan, sapi pasundan merupakan salah satu kekayaan ternak lokal Indonesia. Oleh sebab itu, keberadaannya perlu terus didorong sebagai sumber penghidupan.
“Pengembangan sapi pasundan sebagai upaya pemenuhan daging nasional merupakan langkah yang tepat di saat negeri ini masih mengalami kekurangan daging sapi, mengingat keunggulan komparatifnya dibanding sapi lain yang sudah lama hidup di lingkungan tropis,” kata Ketut di Jakarta, Jumat.
Ketut menjelaskan pengembangan sapi pasundan bertujuan mempertahankan sumber daya genetik lokal dan upaya penyelamatan plasma nutfah asli Indonesia.
Sebagai bentuk dukungan teknologi dalam mempertahankan genetik lokal, Kementan memiliki Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang dan Balai Inseminasi Buatan (BUB) Lembang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Ditjen PKH.
Balai tersebut memiliki tugas dan fungsi untuk penyelamatan plasma nutfah dengan memproduksi embrio dan semen beku untuk mendapatkan ternak sapi yang berkualitas.
“Selain sapi pasundan, saat ini donor sapi lokal (plasma nutfah) yang sudah ada di BET Cipelang termasuk sapi aceh, sapi bali, sapi madura dan sapi ongole,” kata Ketut.
Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono, menjelaskan, berbagai keunggulan sapi pasundan, yakni selain adaptif dengan kondisi agroekosistem di Provinsi Jawa Barat, Sapi ini juga memiliki sistem reproduksi yang baik, dengan rentang beranak yang relatif stabil dan selalu menghasilkan ternak yang mempunyai nilai kondisi tubuh di atas tiga pada skala lima.