Penjualan Kelapa Muda di Bandarlampung Terimbas Pandemi Corona

Editor: Makmun Hidayat

Makmun menyebut penjualan kelapa muda akan meningkat saat bulan suci Ramadan. Namun semenjak corona muncul ia memastikan usaha penjualan kelapa muda akan terpengaruh. Tahun sebelumnya usaha miliknya dalam sehari ia bisa menjual sekitar 500 butir selama Ramadan. Namun dengan kondisi belum berakhirnya pandemi Covid-19 ia hanya akan menyediakan stok terbatas.

“Sekarang dilarang berkerumun dan pembeli sebagian tidak meminum kelapa muda di tempat tapi hanya dibungkus,” cetusnya.

Omzet penjualan kelapa muda dalam sehari menurutnya maksimal sekitar Rp350.000. Sebab dengan jumlah 50 kelapa muda yang disiapkan jika terjual semua rata rata seharga Rp10.000 ia bisa mendapat hasil Rp500.000. Sebagai penambah penghasilan dibantu sang istri bernama Yuli memilih berjualan bakso dan mi ayam. Namun hasil yang diperoleh menurutnya tidak sebanyak sebelumnya.

Yuli menyebut penjualan kuliner bakso dan mi ayam ikut terimbas Covid-19. Pelanggan yang sebelumnya didominasi oleh pelajar dan mahasiswa mulai berkurang. Sebelumnya dalam sehari ia bisa menjual sekitar 300 porsi namun kini ia hanya bisa menjual sekitar 100 porsi. Sebagian pelanggan yang berasal dari perumahan di wilayah tersebut memilih membeli untuk dibawa ke rumah.

“Pembeli umumnya membeli untuk dibungkus karena hanya sedikit yang ingin makan di tempat karena tak mau berlama lama di luar,” cetusnya.

Keberadaan usaha kelapa muda dan bakso yang dijalankan bersama sang suami menurutnya tetap akan dijalankan. Sebab sebagai usaha keluarga yang ditekuninya masih bisa menjadi sumber penghasilan. Ia berharap wabah Covid-19 segera berakhir karena sektor usaha kuliner yang ditekuninya ikut terimbas.

Lihat juga...