Budidaya Jahe Emprit yang Menjanjikan

Editor: Makmun Hidayat

SEMARANG — Jahe, menjadi salah satu tanaman empon-empon yang paling diburu masyarakat, semenjak merebaknya virus corona. Kandungan senyawa oleoresin, yakni minyak esensial khas jahe yang memberikan aroma dan rasa pedas, dipercaya memiliki efek antioksidan, antitusiv, dan meningkatkan metabolisme sel dalam tubuh.

“Permintaan empon-empon, khususnya jahe, semenjak ada virus corona memang cukup meningkat, hingga 2-3 kali lipatnya. Namun kalau soal harga, kita tidak menaikkan. Harga sekitar Rp 60 ribu per kilogramnya,” papar salah seorang petani jahe, Sigit Purnama saat ditemui di lahan pertanian miliknya di Semarang, Senin (6/4/2020).

Dijelaskan dalam sebulan, permintaan yang masuk lebih dari empat kuintal. Jahe tersebut pun dikirim berbagai wilayah di Semarang dan sekitarnya. “Baru saja saya panen 50 kilogram jahe, untuk dikirim ke Kabupaten Magelang,” terangnya.

Salah seorang petani jahe, Sigit Purnama saat ditemui di lahan pertanian miliknya di Semarang, Senin (6/4/2020). -Foto Arixc Ardana

Sigit menjelaskan, untuk mencukupi permintaan pasar tersebut, dirinya tidak hanya mengandalkan hasil dari lahan pertanian miliknya, namun juga bekerja sama dengan petani lainnya.

“Kita saling sinergi, kalau ada yang butuh saya tidak cukup persediaannya, ya ambil dari petani lain. Demikian juga sebaliknya,” lanjutnya.

Dipaparkan, budidaya jahe cukup mudah, termasuk jahe emprit atau jahe putih. Selain menggunakan tanah lahan, media tanam polibag juga bisa dipilih. Benih untuk bibit jahe diambil dari rimpangnya, sementara untuk pemupukan menggunakan pupuk kandang.

Lihat juga...