Pembudidaya Kerang Hijau di Lamsel Butuh Tambahan Modal
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
LAMPUNG — Tingginya permintaan hasil laut jenis kerang hijau belum dapat dipenuhi oleh nelayan budidaya di Desa Legundi, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan (Lamsel) . Keterbatasan modal menjadi salah satu kendala yang dihadapi masyarakat setempat.
Amran Hadi, pembudidaya kerang hijau di pantai Suka Bandar, Legundi mengaku, sekitar 7000 tonggak budidaya kerang hijau atau Perna viridis yang ia jalankan sejak sepuluh tahun silam belum dapat memenuhi permintaan pedagang kuliner yang mencapai 2 kuintal perhari. Idealnya di wilayah tersebut harus tersedia sebanyak 15.000 tonggak.
Minimnya modal membuat ia memanfaatkan ban bekas motor. Tonggak budidaya yang idealnya menggunakan cor semen terpaksa hanya memakai bambu dan kayu yang hanya bisa bertahan selama setahun.
“Penambahan tonggak saya lakukan dengan sistem penyulaman sekaligus menanam bibit kerang hijau baru agar pemanenan bisa dilakukan dengan sistem parsial, tidak harus menunggu hingga delapan bulan,” terang Amran Hadi saat dikonfirmasi Cendana News, Senin (2/3/2020).
Bantuan peralatan budidaya dari Balai Besar Perikanan Budidaya Lampung berupa rakit, pelampung drum plastik tidak bisa bertahan lama. Sebab arus laut yang kencang kurang efektif digunakan untuk budidaya kerang hijau dengan sistem rakit.
Mendapatkan hasil rata rata 10 kilogram dalam satu tonggak, satu musim budidaya bisa mendapat 70 ton. Harga kerang hijau mencapai Rp10.000 per kilogram membuat ia bisa mendapat omzet sekitar Rp700juta. Hitungan omzet tersebut menurutnya hanya di atas kertas. Sebab faktanya sejumlah faktor bisa berimbas hasil panen tidak maksimal bahkan gagal. Selain itu biaya operasional bisa mencapai Rp450juta.