Dampak Corona, Penjualan Kuliner di Sikka Turun Drastis
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Hal ini membuat dirinya terpaksa memanfaatkan penjualan secara online untuk menambah penghasilan namun itu pun tidak banyak mendongkrak penghasilan karena pendapatan masyarakat sudah berkurang.
“Pedagang berkurang karena banyak yang tutup tempat usaha. Tukang ojek yang biasanya makan pun tidak ada, karena tidak bekerja dengan alasan penumpang hampir tidak ada. Maka rumah makan kami sepi sehingga lebih banyak tutup,” ungkapnya.
Nur penjual makanan di kampung Beru pun mengeluhkan sepinya pengunjung rumah makan miliknya sehingga dirinya lebih banyak menjual secara online, menu masakan disesuaikan dengan pesanan pelanggan.
Menurut Nur, tak bisa dipungkiri dampak dari merebaknya virus Corona membuat masyarakat membatasi diri ke luar rumah dan banyak kantor libur bekerja sehingga pengunjung sepi.
“Kami terpaksa lebih fokus berjualan secara online karena jika hanya berharap pengunjung yang datang maka tidak mungkin. Dalam sehari paling satu dua orang saja yang datang dan kita cuma dapat untung paling banyak Rp.100 ribu saja,” ujarnya.
Nur berharap situasi ini bisa segera berakhir karena dampak ekonominya sangat besar. Pihaknya pun mengurangi setengah bahkan lebih belanja sayuran dan ikan karena sepinya pembeli.
“Kami mau mengharapkan pesanan dari pesta tidak mungkin karena semua pesta dibatalkan. Biasanya sehari bisa dapat Rp.300 ribu bahkan sampai Rp.500 ribu pemasukan, kini menurun drastis,” tegasnya.