Perlambatan COVID-19 Sudah Diprediksi

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Perlambatan kasus COVID-19, dinilai oleh Lembaga Bio Molekuler Eijkman (LBM Eijkman) sebagai suatu hal yang memang diperkirakan sebelumnya.

Peneliti Senior LBM Eijkman Prof. David H Muljono, SpPD, FINASIM, PhD menyatakan dalam suatu kasus penyebaran virus, potensi melambat maupun berkurangnya korban bisa disebabkan oleh banyak faktor.

“Banyak hal yang bisa menyebabkan paparan suatu virus itu melambat. Atau bahkan hilang. Faktor menyebarnya informasi terkait penyakit tersebut, meningkatnya tindakan kehati-hatian yang menyebabkan eksposure penyakit tersebut berkurang. Atau, faktor lainnya, karena yang sembuh juga semakin banyak,” kata Prof Davis saat seminar awam di LBM Eijkman, Rabu (12/2/2020).

Peneliti Senior LBM Eijkman Prof. David H Muljono, SpPD, FINASIM saat seminar awam di LBM Eijkman, memberikan keterangan kepada media, Rabu (12/2/2020). -Foto: Ranny Supusepa

Tapi untuk menentukan kapan tepatnya suatu wabah berhenti, menurutnya memang agak sulit.

“Kita hanya bisa melihat perlambatannya. Karena sifat epidemiologi memang seperti itu. Melambat berdasarkan orang yang sembuh dan penularan berkurang,” ujarnya lebih lanjut.

Terkait jumlah kematian di China yang lebih banyak, Prof David menyampaikan kemungkinan penyebabnya adalah karena lokasi tersebut adalah lokasi pertama terjadi.

“Mereka mendadak tahu karena itu tingkat eksposure-nya tinggi. Kalau di tempat lain lebih rendah, karena memang sudah ada informasi terkait hal tersebut, yang tentunya didapat setelah ada korban di China. Sehingga tingkat kehati-hatiannya lebih tinggi,” paparnya.

Lihat juga...