Galungan Perkuat Toleransi Antarumat Beragama di Lamsel
Editor: Koko Triarko
Menurutnya lagi, hiasan penjor memiliki makna mendalam akan sifat rendah hati manusia. Makin tinggi ilmu dan derajat, seseorang harus memiliki sifat welas asih, rendah hati kepada sesama.
Sementara itu Pemangku di Pura Amertasari, I Made Saputra, menyebut makna Galungan merupakan simbol kemenangan dharma melawan adharma dan dirayakan dengan meriah. Sebagai tanda kemenangan akan sifat buruk, jahat manusia, Galungan diisi dengan hal-hal baik. Sebagai simbol membersihkan sifat jahat, umat Hindu Dharma melakukan doa bersama di pura sejak pagi hingga sore.
“Sembahyang dilakukan oleh umat sedharma, dilakukan menyesuaikan jadwal warga di sekitar pura desa,” beber I Made Saputra.

Setelah berdoa, silaturahmi akan dilakukan ke sejumlah kerabat. Seperti pada hari raya pada umumnya, sajian kue dan buah disajikan kepada tamu. Warga yang ada di desa tersebut sebagian beragama Islam dan Kristen. Namun kunjungan dari sejumlah agama lain menjadi simbol toleransi. Sebab, saat hari raya agama lain, umat Hindu juga kerap bersilaturahmi.
I Made Suwarno, Sekretaris Desa Sumber Nadi, menyebut perayaan Galungan di desanya juga sangat meriah. Galungan diawali dengan sembahyang di Pura Pusekh. Desa dengan 316 KK terdiri dari 1.128 jiwa tersebut dominan memeluk agama Hindu. Kunjungan dari umat beragama lain, menurutnya berasal dari rekan kerja dan tetangga desa. Perayaan Galungan, menurutnya masih akan berlangsung hingga sepekan ke depan.