Belum Semua Perajin Batu Alam Menyadari Pentingnya Menjaga Lingkungan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Belum semua pelaku UKM perajin batu alam di kawasan Prambanan Sleman menyadari pentingnya menjaga ekosistem dan kelestarian alam di sekitarnya. Hal itu terlihat dari masih banyaknya perajin yang membuang limbah berupa serpihan debu hasil potongan batu ke sungai.
Seperti terlihat di kawasan desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Di kawasan ini terdapat sejumlah pelaku UMK perajin batu alam. Mereka memproduksi batu dinding untuk keperluan properti dengan cara memotong dan membentuk bongkahan batu alam berukuan besar.
Batu-batu besar seperti jenis andesit itu dipotong dengan menggunakan mesin pemotong berukuran besar. Untuk memudahkan proses pemotongan, mesin harus dialiri air secara nonstop agar serpihan debu hasil potongan batu tidak menghambat proses penggergajian.
Air bercampur serpihan debu hasil potongan batu inilah yang dibuang ke sungai, sehingga mengotori dan membuat keruh aliran sungai. Selain berpotensi mencemari sungai, adanya limbah perajin batu alam ini juga berpotensi merusak ekosistem sungai seperti habitat ikan hingga mengganggu pemanfaatan sungai oleh warga sekitar.
Salah seorang perajin batu alam yang enggan disebutkan namanya, tak menampik hal ini. Ia mengaku membuang limbah serpihan debu hasil potongan batu ke sungai merupakan cara paling mudah dan murah dalam menjalankan usahanya.
Sebab jika harus dibuat bak penampungan khusus, maka diperlukan biaya tambahan yang jelas akan menambah biaya produksi.
“Sudah bertahun-tahun perajin batu tradisional menjalankan usaha seperti ini. Tidak hanya satu dua, tapi banyak. Apalagi limbah yang kita buang itu hanya berupa material sisa penggergajian batu. Tidak mengandung racun atau limbah berbahaya. Paling hanya membuat air sungai menjadi keruh saja,” ungkapnya.