Polemik Muslim Uighur tak Kunjung Selesai

Suu Kyi tegas membantah genosida Muslimin dilakukan di Myanmar, bahkan menuduh balik, bahwa kekerasan terhadap kaum Rohingnya merupakan reaksi balas dendam atas kekerasan yang dilakukan kaum Rohingnya terhadap aparat keamanan.

Sikap Suu Kyi dikritik keras oleh masyarakat dunia, termasuk para sesama penerima anugerah Nobel. Bahkan, ada yang menuntut agar Nobel menarik kembali penghargaan bagi Suu Kyi.

Namun, di sisi lain sikap Suu Kyi dipuja-puji sebagai nasionalisme adil dan beradab oleh pemerintah, terutama militer Myanmar.

Pada saat penyelenggaraan Mahkamah Internasional di Den Haag, kedatangan Suu Kyi disambut sorak sorai sekelompok perempuan Myamar pendukung fanatik, sambil membawa spanduk dan yel-yel setia harga mati kepada pujaan mereka berpedoman slogan “Right or Wrong, My Country!”

Pengakuan

Sampai masa kini, pemerintah Turki masih belum sudi mengakui genosida terhadap kaum Armenia, sama halnya pemerintah Amerika Serikat masih belum sudi mengakui genosida terhadap rakyat Filipina di bumi Filipina, apalagi terhadap penduduk pribumi Amerika Serikat di bumi Amerika Serikat sendiri.

Pemerintah kerajaan Belanda juga masih belum sudi mengakui angkara murka Westerling sebagai genosida terhadap rakyat Sulawesi. Pada suatu forum persahabatan ekonomi RRC-RI di Jakarta, saya sempat melontarkan pertanyaan tentang Uighur. Wakil kedutaan RRC di Jakarta secara sopan, namun tegas menjawab pertanyaan saya dengan saran, agar saya jangan gegabah mudah disesatkan berita hoaks rekayasa pers Barat!

Sejarawan India tidak pernah mengakui berapa banyak budak yang dipaksa melakukan kerja-paksa membangun Taj Mahal, yang dikononkan sebagai monumen kasih-sayang. Padahal, sang pembangunnya, Shah Jahan, tak segan memenjarakan ibunya bahkan membunuh saudara dan sanak-keluarga demi merebut tahta.

Lihat juga...