Selama Pancaroba, 4.000 Hektare Hutan di Jatim Terbakar

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Masa pancaroba juga rawan terjadi angin puting beliung seperti halnya yang terjadi di Batu. Di sana, angin puting beliung membawa serta tanah masuk ke dalam rumah-rumah warga sehingga menyebabkan beberapa orang mengalami susah bernafas dan harus mengungsi,” terangnya.

Kemudian pada tanggal 9 sampai 11 November kemarin, terjadi pula angin puting beliung di daerah Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Mojokerto dan Madiun. Akibat angin puting beliung tersebut, Bojonegoro menjadi wilayah yang mengalami kerusakan terparah.

“Di Bojonegoro sebanyak 1.300 rumah rusak dan 45 rumah rusak berat. Sesuai analisa BMKG, setelah bulan Desember nanti, angin akan mulai mereda,” imbuhnya.

Menurut Suban, siapa pun tidak ada yang tahu kapan terjadinya bencana. Tapi yang jelas, sifatnya berulang, bisa berulang setiap tahun, 5 tahun, 50 tahun, ratusan tahun bahkan ribuan tahun seperti Gunung Sinabung. Oleh karenanya dibutuhkan kesiapsiagaan dari masyarakat dalam menghadapi bencana.

“Saat ini ada perubahan mindset dalam penyelenggaraan penanganan bencana. Kalau dulu dilakukan secara responsif, tapi sekarang lebih kepada preventif dengan dibentuk Desa tangguh dan KKN tematik. Karena orang yang bisa selamat dalam bencana itu, 34 persen berasal dari kemampuannya sendiri,” ungkapnya.

Jumlah desa di Jawa Timur totalnya ada 8.501 desa dan kelurahan. Sedangkan desa yang potensi tinggi rawan bencana ada sekitar 2.742 desa kelurahan. Sementara, baru ada 612 desa tangguh bencana.

“Ini yang kita akan terus kembangkan setiap tahunnya bersama-sama dengan pemerintah daerah BPBD kabupaten kota,” akunya.

BPBD Jatim juga telah menandatangani MoU dengan 40 perguruan negeri dan swasta se-Jawa Timur terkait kebencanaan.

Lihat juga...