Jenjet Jagung, Pakan Alternatif Peternak di Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Penggunaan jenjet jagung fermentasi sebagai pakan menurut Lastri mengurangi biaya pakan. Sebab jenjet jagung yang merupakan limbah panen bisa diperoleh secara gratis.

Penggunaan jenjet jagung sebagai sumber pakan sesuai kalkukasi menghemat pengeluaran pakan maksimal hingga Rp4 juta per bulan. Pengeluaran yang dihemat disebutnya berasal dari biaya mencari pakan mempergunakan kendaraan.

Sebanyak 13 ekor ternak sapi milik Sulastri berasal dari beberapa jenis. Terbanyak ia memiliki sapi jenis limousin sebanyak 8 ekor, 2 ekor jenis brahman cross dan 3 ekor jenis peranakan ongole (PO).

Sistem kandang pada ternak sapi dilakukan oleh Lastri lebih efisien dibandingkan dengan  pemeliharaan sistem penggembalaan. Sebagai upaya mempercepat proses kelahiran Lastri menerapkan sistem kawin suntik (inseminasi buatan).

“Tiga ekor sapi anakan yang berusia tiga bulan merupakan jenis limousin memakai sistem kawin suntik,” ungkap Lastri.

Kemarau berimbas kebutuhan pakan meningkat membuat ia menjual sebanyak 2 ekor sapi miliknya. Total sebanyak 15 ekor yang disisakan sebanyak 13 ekor menjadi investasi untuk biaya pendidikan anak-anaknya.

Sebagian sapi yang dijual menurut Lastri digunakan oleh keluarganya untuk mengadakan pesta syukuran khitanan sang anak.

Penggunaan pakan alternatif dengan pakan fermentasi dilakukan oleh Paeran sang kakak. Peternak yang sudah memelihara sapi, kambing sejak 10 tahun silam tersebut mengaku kemarau pada tahun ini cukup panjang.

Pakan kering dari jerami padi bisa disimpan Paeran dalam waktu setahun sebagai cadangan pakan ternak sapi, sebagian disimpan dengan cara fermentasi, Senin (18/11/2019) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...