Belajar Menjadi Dalang Cilik di TMII
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Setahun di sana, mungkin latihan kurang cocok. Kita dengar di sini ada, ya pindah ke sini. Alhamdulillah Rangin senang banget dan nggak mau bolos berlatih dalang,” kata Kirana kepada Cendana News.
Menurutnya, Rangin sangat antusias untuk berlatih dalang, terbukti sebelum mendatangkan guru ke rumah, dia kerap berlatih memainkan wayang sendiri.
“Keluarga kami memang penikmat seni. Rangin suka dengan budaya wayang, ya kita dukung,” ujarnya.
Margono, pelatih dalang mengatakan, dalam berlatih dalang, intinya pertama anak-anak itu dilatih untuk mencintai seni budaya warisan leluhur ini.
Adapun teknik pelatihan, pertama sebut dia, adalah pengenalan sejarah wayang. “Edukasi sejarah wayang itu sangat penting agar mereka cinta budaya,” kata Margono kepada Cendana News ditemui usai melatih di Graha Widya IAAI TMII, Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Setelah mereka mengetahui akan sejarahnya, baru kedua dengan memberitahukan karakter dari setiap tokoh wayang tersebut.
“Kita kasih tahu bahwa karakter wayang itu tidak berbeda dengan manusia. Karena wayang itu identik dengan manusia, sifat baik buruknya. Contohnya, kalau raksasa itu kan sifatnya serakah. Kalau Gatot Kaca dan Arjuna itu bersifat baik,” jelas Margono.
Ketiga yaitu melatih cara memegang wayang dan memainkannya. Tekniknya tidak boleh salah harus benar-benar dipahami. Begitu juga dalam penempatan wayang saat memainkan. Yakni untuk tokoh wayang yang jahat ditempatkan di sebelah kiri, sedangkan tokoh baik di sebelah kanan.
“Sifat jelek itu raksasa, makanya saat tampil pentas diletakkan di kiri, karena dia tokoh jahat. Kalau tokoh baik, itu diletakkan di kanan, seperti Arjuna dan Gatot Kaca,” ujarnya.