Banyumas Peringkat Pertama Penderita Thalasemia di Jateng
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Meskipun sulit untuk disembuhkan, tetapi penyakit genetik ini bisa dicegah. Pasangan yang hendak menikah jika melakukan tes darah terlebih dahulu, bisa mencegah anaknya terkena thalasemia,” tuturnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Yayasan Thalasemia Indonesia Cabang Banyumas, Abdul Aziz Suparno.
Menurutnya, penyakit ini diturunkan ke anak, dari orangtua yang menderita thalasemia. Namun, thalasemia dapat dicegah dengan cara menghindari perkawinan antara pembawa sifat.
Oleh karena itu, salah satu upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara skrining atau pemeriksaan dini thalasemia melalui pemeriksaan darah, disamping itu edukasi pada masyarakat termasuk konseling sebelum pernikahan.
“Penderita thalasaemia mayor mengalami sakit yang luar biasa, karena harus menjalani transfusi darah setiap bulan seumur hidup. Dan tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, biaya berobat penderita thalasemia bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Sehingga lebih baik dilakukan pencegahan sebisa mungkin,” jelasnya.
Sementara itu, sebagai upaya pencegahan, tahun ini dilakukan skrining terhadap 1000 pelajar dan masyarakat di Banyumas. Kegiatan skrining yang disertai sosialisasi tentang thalasemia ini, dilakukan pada tiga tempat yaitu di SMA Negeri Ajibarang, SMK Negeri 2 Banyumas dan Pendopo Sipanji Purwokerto.
Bupati Banyumas, Achmad Husein, meminta kepada masyarakat Banyumas untuk mendukung upaya memutus mata rantai kelahiran thalasemia mayor, menuju Banyumas bebas thalasemia tahun 2023. Bupati juga menginstruksikan kepada semua rumah sakit dan puskesmas untuk melakukan skrining.
“Bulan November ini kita jadikan untuk sosialisasi dan edukasi tentang penyakit thalasemia yang diturunkan secara genetik, metode penanganan dan cara mencegah kepada semua masyarakat dengan berbagai cara,” pungkasnya.