Kontes Buah Alpukat di Lampung Jaring Varietas Unggul
Editor: Koko Triarko
Sahbana, petani alpukat di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, mengaku pendampingan memberi semangat bagi petani. Selama ini, puluhan petani di wilayah Lamsel mengembangkan pohon, mendistribusikan buah secara swadaya.
Sahbana mengaku sudah bertani alpukat sejak harga masih Rp4.000 per kilogram. Ia mengirim alpukat ke wilayah Banten dan Jakarta hingga 6 ton setiap panen raya.
Pengembangan pohon yang semula memakai biji dikembangkan dengan sambung pucuk. Pada wilayah itu, 6.000 pohon telah menghasilkan rata-rata 50 kilogram per pohon.
Kini, 1.000 bibit alpukat sistem sambung pucuk varietas miki dan sipit asia mulai dikembangkan. Saat musim penghujan, ia berharap bibit alpukat bisa didistribusikan dan ditanam ke sejumlah lahan pertanian di wilayah tersebut.
Pengembangan alpukat dengan dukungan dari sejumlah pihak, diakuinya bisa ikut memberi kesejahteraan bagi petani. Sebab, harga alpukat sekitar Rp12.000 per kilogram, bisa memberi hasil satu kuintal saja petani bisa mendapat Rp1,2 juta.
“Hasil panen tersebut bisa menjadi sumber kesejahteraan petani. Sebab, buah alpukat bisa berbuah sepanjang tahun dan masuk masa panen raya bulan Februari hingga Maret,” pungkasnya.