Incling, Hiburan Kuda Lumping Pedesaan di Lampung Selatan

Editor: Mahadeva

Pemain incling yang sudah mabuk atau trance dibawa oleh Dipan (kiri) selaku pawang untuk menyalami pengantin simbol pemberian restu – Foto Henk Widi

Para prajurit yang kalah melawan barongan akan mengalami trance atau mabuk. Prosesi penyembuhan dilakukan oleh pawang menggunakan kemenyan, air kembang serta daun dadap serep. Gerakan incling yang menarik, energik disertai dengan bunyi gemerincing pada kaki dan tangan, disajikan menyatu dengan suara gamelan. Selain dimainkan oleh penari laki-laki, incling juga dimainkan penari wanita. Bedanya, saat penari-nya wanita, tidak pernah ada yang trance.  “Penari incling wanita digunakan sebagai selingan sebelum penari laki laki menari pada tahap lanjutan agar penonton bisa terhibur,” ungkap Dipan.

Bagi sejumlah pemain yang mengalami trance, sejumlah permintaan aneh kerap menjadi tontonan menarik. Penari akan menirukan sejumlah gerakan tidak lazim. Penari yang trance akan dirasuki kekuatan makhluk tertentu, yang terlihat dari gerakan yang dilakukan. Penari baru akan disembuhkan, saat mulai mengendus asap pembakaran kemenyan dan minyak srimpi. Sebagian penari yang trance kerapi  minta bersalaman dengan pengantin yang disandingkan di pelaminan.

Pada satu kali pertunjukan, incling kerap dimainkan dalam tiga babak. Babak pertama dimainkan oleh penari incling anak-anak, babak kedua penari wanita, dan babak inti penari dewasa. Pada dua babak awal para penari umumnya tidak bisa mengalami trance atau mabuk. Hal itu dikarenakan, penari tidak melawan singo atau barongan.

Dua babak awal incling menjadi tontonan menarik bagi tamu undangan yang datang pada hajatan yang tengah berlangsung. “Hiburan incling selama ini disukai berbagai kalangan, dari anak anak hingga orangtua menyukainya,” tutur Dipan.

Lihat juga...