Incling, Hiburan Kuda Lumping Pedesaan di Lampung Selatan
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Kesenian kuda lumping, dengan berbagai variasi yang dimainkan, masih menjadi hiburan alternatif bagi warga pedesaan di Lampung Selatan (Lamsel).
Seperti kuda lumping yang dilestarikan warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, yang dikenal dengan Incling. Kesenian incling serupa dengan kuda lumping pada umumnya. Penari memakai kostum menarik, serta membawa kuda dari bambu dan menari diiringi tabuhan gamelan.
Dipan, tokoh yang dituakan pada kesenian incling menyebut, pertunjukan tersebut diminati warga saat menggelar hajatan seperti pernikahan, khitanan dan syukuran ulang tahun desa. Kesenian yang dibawa dari Jawa Timur itu, dilestarikan dengan berbagai variasi gerakan.
Sesuai dengan namanya, incling menggambarkan peperangan menggunakan kuda. Sejarah tentang Suromenggolo yang sakti, dan memiliki putri bernama Sarinten, menjadi cerita awal incling. Suatu ketika, sang anak dilamar oleh Singolodra, pemuda di Ponorogo. Namun lamaran tersebut ditolak oleh Suromenggolo.
Akibatnya, terjadi peperangan dan disimbolkan dalam tarian sesuai dengan karakter onclong simbol Suromenggolo, yang mengerahkan prajurit untuk berhadapan dengan Singolodra yang juga memiliki prajurit. “Pakem kesenian incling tak lepas dari sejarah, namun pada perkembangan zaman ada improvisasi sehingga disesuaikan dalam gerakan, babak tarian, musik gamelan serta iringan nyanyian,” ungkap Dipan kepada Cendana News, Minggu (6/10/2019).
Pada perkembangan, incling dimainkan oleh dua belas penari. Berkostum prajurit yang menunggang kuda. Pemimpin bersenjatakan cambuk atau pecut, dan prajurit membawa pedang. Gambaran peperangan akan terlihat pada sejumlah babak hingga para prajurit harus melawan singo atau barongan melambangkan singolodra.