Gubernur NTB: Salah Tafsir ‘Halal Tourism’ Harus Diluruskan
Editor: Koko Triarko
Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Wakil Presiden terpilih, KH. Ma’ruf Amin, mengatakan, masih terjadi salah paham tentang konsep halal tourism di tengah masyarakat, sehingga perlu diluruskan.
“Wisata dalam perspektif halal bukan objek wisata yang diubah menjadi halal, tetapi halal yang dimaksud adalah penyediaan pangan yang disajikan dalam restoran, ketersediaan tempat ibadah dan hotelnya dapat memiliki standar kehalalan,” kata Ma’ruf.
Menurutnya, MUI akan terus menopang perkembangan industri halal di Indonesia, terutama di NTB yang sedang giat mengembangkan wisata halal dan telah dinobatkan sebagai ‘World’s Best Halal Tourism Destination’ dan ‘World’s Best Halal Honeymoon Destination’ pada 2015.
Dikatakan, untuk fasilitas penunjang halal tourism, nantinya Kementerian Pariwisata akan terus membenahi. Seperti restoran, hotel, travel dan fasilitas penunjang lainnya. Sehingga orang datang ke Indonesia dan NTB merasa aman dan nyaman. Apalagi, NTB punya Islamic Center yang ditetapkan sebagai ikon wisata religi dan merupakan ikon menarik bagi pengembangan wisata halal.
Ma’ruf mengatakan, lebih dari 50 lembaga sertifikasi halal dunia mengacu pada standar MUI. Karena itu, MUI telah banyak memberi pengakuan kepada lembaga halal di luar negeri, di antaranya, Sincung halal for Taiwan. Lembaga tersebut merupakan lembaga yang mewakili MUI di Taiwan.
“Selain di Taiwan, ada juga di negara Korea dengan nama ‘In Halal Korea’. Untuk itu, MUI memiliki kepentingan untuk mengembangkan halal tourism bersama dengan kementerian pariwisata,” pungkasnya.