Berwisata Keliling Monumen Pancasila Sakti, Selami Sejarah

Edy Bawono, menjelaskan, pada 1 Oktober 1965, truk ini pada jam 4 pagi keluar dari kantor untuk menjemput para pegawai. Di tengah perjalanan truk ini dicegat dan direbut oleh pemberontak PKI.

“Truk ini dibawa ke rumah Brigjen DI Panjaitan yang sudah ditembak di rumahnya, dan truk digunakan untuk membawa jenazah DI Panjaitan dari rumahnya di Jalan Hasanudin Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ke Desa Lubang Buaya,” terangnya.

Ada juga mobil Jeep Toyota Kanvas yang menjadi kendaraan dinas Pangkostrad dan sedan kendaraan dinas Jenderal TNI Ahmad Yani.

Di kompleks Lubang Buaya juga terdapat  bangunan monumental,  Monumen Pancasila Sakti. Bentuk monumen Tugu Pahlawan Revolusi berupa tujuh patung pahlawan revolusi dengan patung burung Garuda di belakangnya. Tugu ini memiliki ukuran panjang, tinggi, dan lebar 17 meter melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu juga terdapat patung Garuda Pancasila terbuat dari tembaga, konon menurut Informasi, merupakan yang terbesar yang pernah dibuat di Indonesia. Di bawah patung Garuda Pancasila terdapat patung tujuh pahlawan revolusi yang gugur di tempat ini.

Tampak pose patung Letjen Ahmad Yani sedang menunjuk ke arah sumur maut adalah untuk mengingatkan. “Bahwa yang kami alami, kami gugur di sana jangan sampai terulang kembali. Karena itu kita harus selalu waspada dan mawas diri terhadap bahaya laten komunisme,” sebut Edy.

Di bawah patung pahlawan revolusi terdapat relief yang menggambarkan aksi PKI bersama ormas underbouw-nya selama tahun 1945 hingga 1968.

Di dekat Monumen Pancasila Sakti ada pula Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) yang menceritakan sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau G30S/PKI.

Lihat juga...