Berwisata Keliling Monumen Pancasila Sakti, Selami Sejarah

Pada saat peristiwa G30S/PKI tahun 1965, rumah ini dipergunakan oleh pimpinan gerakan G30S yaitu Letkol Untung sebagai pos komando dalam rangka mempersiapkan gerakan penculikan terhadap para jenderal perwira Angkatan Darat. Pada 30 September 1965 sekitar pukul 24.00 WIB, di Rumah Pos Komando ini dikumpulkanlah sejumlah pasukan Pasopati untuk diberikan pengarahan tentang tata cara penculikan.

Inilah sebagai bukti sejarah bagi generasi muda, rumah ini tetap dilestarikan sampai sekarang. Di dalam rumah ini masih tersimpan sejumlah benda-benda bersejarah antara lain lampu petromaks, mesin jahit, lemari kaca, dan lain-lain.

Sedangkan tidak jauh dari Rumah Pos Komando terdapat Rumah Dapur Umum. Rumah ini merupakan salah satu saksi sejarah yang digunakan oleh gerombolan PKI waktu itu sebagai bangunan yang dipakai guna memasok bahan pangan selama kegiatan G30S/PKI berlangsung di lokasi kejadian.

Awalnya rumah ini adalah rumah pribadi milik seorang janda, Ibu Amroh, dan ia bernasib sama dengan Sueb, diusir dari rumahnya, kemudian digunakan oleh PKI sebagai tempat penyediaan konsumsi bagi para gerombolan PKI.

Beberapa benda bersejarah yang masih dapat dilihat di Rumah Dapur Umum antara lain lemari/rak piring, pawon (tempat memasak dengan kayu bakar), wajan, dandang, dan lain-lain.

Selain lubang sumur maut dan tiga rumah bersejarah itu, ada beberapa mobil yang berderet di bagian taman. Seperti Panser Saraceen yang digunakan untuk membawa satu jenazah pahlawan revolusi ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Selain panser, juga ada koleksi kendaraan lainnya truk PN Arthayasa merek Dodge. Tulisan PN di truk merupakan singkatan dari Perusahan Negara, Arthayasa adalah perusahaan yang mencetak uang pada waktu itu (sekarang Perum Peruri).

Lihat juga...