Berwisata Keliling Monumen Pancasila Sakti, Selami Sejarah

Untuk melindungi sumur dari kerusakan akibat hujan dan peristiwa lain, kini di sekeliling sumur maut tersebut dibangun bangunan seperti cungkup.

Di samping sumur maut terdapat Rumah Penyiksaan berukuran sekitar 8 x 15,5 meter. Rumah milik seorang simpatisan PKI bernama Bambang Harjono, ini semula sebagai tempat belajar Sekolah Rakyat yang selanjutnnya diserahkan kepada PKI untuk digunakan dalam aktivitas mereka.

Di dalam bangunan ini terdapat ruangan khusus di bagian beranda yang digunakan sebagai tempat penyiksaan beberapa pahlawan revolusi sebelum dieksekusi mati. “Pada 1 Oktober 1965 setelah mereka melakukan penculikan, para perwira Angkatan Darat yang masih hidup kemudian dibawa ke Rumah Penyiksaan. Para perwira itu disiksa sekaligus dibunuh,” tutur Edy.

Para jenderal yang mengalami penyiksaan di rumah tersebut sebelum dieksekusi mati adalah Mayjen Soeprapto, Mayjen S Parman, Brigjen Sutoyo, dan Letnan Satu Czi Pierre Andreas Tendean. Sementara tiga perwira Angkatan Darat lainnya, sudah dibunuh di rumahnya yaitu, Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, serta Brigjen DI Panjaitan.

Menyusuri Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya

Rumah Penyiksaan ini secara umum masih seperti bentuk aslinya, hanya ada pengecatan ulang maupun perbaikan kecil dan ada tambahan jendela kaca di depan dan samping rumah.

Di dalam rumah tersebut terdapat diorama yang menggambarkan suasana penyiksaan para pahlawan revolusi. Para jenderal itu ditutup matanya dengan kain dan disiksa secara kejam oleh PKI beserta sukarelawan seperti Pemuda Rakyat dan Gerwani.

Di sebelah Rumah Penyiksaan terdapat Rumah Pos Komando yang dijadikan sebagai tempat meeting atau pos komando mereka yang bertugas menculik. Rumah ini sebelumnya merupakan rumah masyarakat biasa di RW 02 Lubang Buaya, Haji Sueb. Setelah mengusir Sueb dari rumahnya, PKI jadikan rumah ini sebagai pos komando pemberontakan.

Lihat juga...