Kemarau Sebabkan Produksi Buah Kakao di Lamsel, Menurun
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Musim kemarau menyebabkan produktivitas buah kakao atau kopi coklat di Lampung Selatan (Lamsel), menurun. Demikian pula dengan harga jual kakao.
Hasan, petani Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan, mengaku produksi yang turun terjadi pada semua tanaman miliknya. Produksi kakao yang turun membuat harga jual kakao juga rendah. Sempat bertengger pada angka Rp25.000, kini hanya Rp20.000 per kilogram.
Penurunan produksi kakao berbanding lurus dengan anjloknya harga kerap terjadi pada komoditas kakao. Sebab, harga kakao justru naik saat musim panen raya. Kakao yang mengikuti pasaran dunia, menurut Hasan, membuat pergerakan harga berubah sewaktu-waktu. Meski demikian, harga kakao akan anjlok saat produksi menurun pada musim kemarau.
Pada kondisi normal, satu pohon kakao menghasilkan sekitar 5 kilogram kakao basah sekali panen. Hasil panen sebanyak 2 kilogram sudah lumayan saat kemarau. Pada lahan seluas setengah hektare dengan tanaman mencapai seratus batang, ia kerap mendapat 500 kilogram,namun kini hanya mendapat 200 kilogram kakao.
“Komoditas kakao justru akan anjlok harganya saat panen turun, dan naik saat musim panen raya, berbeda dengan komoditas lain pasokan berkurang harga naik, padahal saat kemarau kualitas buah sangat bagus, karena kadar air rendah,” ungkap Hasan, saat ditemui Cendana News, Sabtu (21/9/2019).
Penurunan produksi kakao dengan kualitas buah yang baik, disiasati Hasan dengan penyimpanan. Buah yang dikeringkan menggunakan sinar matahari memiliki tingkat kekeringan yang sempurna. Kakao kering sempurna tersebut selanjutnya disimpan pada wadah kedap udara. Proses penjualan bisa dilakukan bersamaan dengan waktu panen raya, sebab kakao berbuah sepanjang tahun.