Diskusi Buku dan Pameran 50 Inisiatif Pak Harto untuk Indonesia dan Dunia
Editor: Mahadeva

“Kalau pada era Soeharto istilahnya Incognito, kalau sekarang ini dikenal dengan istilah blusukan. Namun bedanya, Pak Harto melakukan incognito tidak ingin di ekspos, dan benar-benar bertemu langsung dengan masyarakat, melakukan dialog tanya jawab, sedangkan blusukan saat ini lebih pada pencitraan,” tandasnya.
Narasumber diskusi lainnya, Letjen Purn Suyono, mengatakan, Pak Harto adalah konseptor strategi yang kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Rentetan sejarah sosok Pak Harto diabadikan dalam bentuk prangko. Dan dari prangko itulah, sejarah orde baru tidak akan mungkin hilang, terhapus.
Sementara, Prof. Susanto Zuhdi, salah satu sejarawan menambahkan, sejarah berimbang pada fakta. Dan buku 50 inisiatif pak Harto menjawab fakta sejarah perjalanan pembangunan bangsa Indonesia. Pembicara lainnya, Susanto Zuhdi, menyebut, yang menyatukan dan menjadikan Indonesia adalanh sosok Pak Harto. Tidak salah, jika Prof Yuwono menyebut, Bung Karno sebagai bapak bangsa, sedangkan Pak Harto sebagai bapak Negara. Karena sebagai bapak Negara, Pak Harto menjadikan wilayah NKRI dibuat menjadi utuh.
Apresiasi diberikan kepada penulis buku yang telah memberikan wawasan dan keseimbangan terhadap sosok Pak Harto. Cara penyajian dikemas begitu bagus, sehingga pembaca diajak untuk menganalisis lebih jauh. Buku karya Mahpudi tersebut menawarkan untuk mengambil hikmah, dan pada hakikatnya sejarah itu memberikan kebijakan.
Kerangka yang ditawarkan dalam buku tersebut tentang pencapaian Pak Harto dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pencapaian yang begitu banyak, untuk kemajuan bangsa. “Jika sejarah itu kenangan, maka saya memiliki kenangan terhadap Pak Harto, yakni Pak Harto tidak lari dari tanggungjawab, dan semuanya beliau jalankan hingga selesai,” ucapnya.