Kostum JFC Dianggap Mengumbar Aurat, Penyelenggara Dinilai Teledor
Editor: Mahadeva
Oleh karenanya, usai event JFC, Forpimda dan beberapa ulama serta managemen JFC siap mengakomodir masukan-masukan dan meminta maaf kepada masyarakat Jember khususnya. “Ini memang keteledoran, dan kami mewakili Pemerintah Kabupaten Jember meminta maaf, dan ke depan, tidak hanya JFC tapi kegiatan-kegiatan lainnya seperti Tajem maupun kegiatan lain, akan dilakukan koreksi,” tandasnya.
Sementara itu Ahmad Taufiq, salah satu peserta aksi demo dari Tanggul mengatakan, Event JFC dengan mengumbar aurat telah melukai hati para pejuang Jember yang berlatar belakang Pesantren seperti, KH. Ahmad Shidiq, KH. Khotib Umar dan segenap tokoh yang telah berjuang dengan susah payah mencitrakan Jember sebagai kota religius.
“Dalam demo ini, ada 5 tuntutan yang disuarakan oleh peserta aksi yang tergabung dalam ASJ, diantaranya, Penyelenggara JFC dan Bupati Jember harus meminta maaf kepada masyarakat dan komunitas pesantren,” tandasnya.
Taufiq mengatakan, Bupati harus bertanggung jawab atas keteledoran penyelenggara JFC, serta JFC tahun depan harus menonjolkan budaya lokal Jember dengan tidak meng-explore budaya luar. “Jika tuntutan-tuntutan ini tidak dipenuhi, ASJ akan kembali melakukan aksi turun jalan dengan membawa massa yang lebih besar lagi,” ancamnya.
Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo, disela-sela memimpin pengamanan aksi demo menyatakan, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada peserta aksi yang telah melakukan demonstrasi dengan tertib.
“Menyampaikan pendapat di muka umum itu adalah hak setiap warga negara, dan tentunya selama itu prosesnya dilalui dengan benar, dari aliansi santri Jember memang benar sudah mengajukan permohonan dan hari ini terlaksana, kami amankan baik peserta aksinya maupun objek yang di unjuk rasai atau yang ditempati untuk mencurahkan penyampaian pendapatnya, serta warga masyarakat yang berada di lingkungan lokasi yang menjadi objek unjuk rasa,” pungkas Kusworo.