Kemarau di Lamsel Sebabkan Turunnya Produksi Sawit

Editor: Koko Triarko

Harga TBS sawit pada masa trek, menurutnya lebih rendah karena produksi crude palm oil (CPO) sawit menurun. Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) membeli sawit dari petani dengan harga di bawah rata-rata.

Menurut Rasmin, solusi mengatasi trek pada sawit telah dilakukan. Selain melalui pemupukan rutin, pemberian pasokan air dengan proses menyedot air dari sungai, namun belum bisa mendongkrak hasil TBS sawit yang dihasilkan. Solusi menjual TBS sawit dengan harga murah menjadi pilihan bagi petani, agar tetap bisa mendapatkan uang dari menanam sawit.

Sembari melakukan pemanenan TBS sawit, Rasmin melakukan pemangkasan sejumlah pelepah. Pengurangan pelepah menjadi cara agar proses penguapan berkurang, sehingga kebutuhan air bisa lebih dihemat.

Sawit yang sudah rutin berbuah bisa dipanen setiap dua pekan. Pada kondisi normal, dalam satu pohon  ia bisa memanen sekitar dua tandan, namun kini hanya memperoleh hasil sekitar satu tandan dengan kondisi TBS berbuah minim.

“Musim trek menjadi masa yang paling dihindari oleh petani sawit, namun tidak bisa dicegah karena faktor cuaca,” ujar Rasmin.

Petani sawit lain, Sajiman, warga Desa Baktirasa, Kecamatan Sragi, menyebut musim trek merupakan masa paceklik panen. Sebagian TBS sawit yang dipanen dengan proses mendodos merupakan tanaman usia lebih dari lima tahun.

Hasil panen sawit yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan diambil oleh pengepul. Secara kalkulasi, setiap pekan ia bisa mendapatkan sekitar Rp1,6 juta dari hasil menjual sebanyak dua ton TBS.

“Pembelian menggunakan sistem nota, sehingga uang bisa didapat setelah minggu berikutnya dari Bos,” cetus Sajiman.

Lihat juga...