Dara Hitam di Mozaik Budaya TMII

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

JAKARTA — Legenda Dara Hitam, sebuah dramatari budaya Kalimantan Barat, yang mengisahkan cerita rakyat dari Suku Dayak, Kabupaten Landak. Cerita rakyat ini berkisah kasih Dara Itam dari kerajaan Tembawang Selimpat dan yang bernama Riasinir dari Kampung Jaring.

Penulis skenario Dara Hitam, Joice Rika, pada Mozaik Budaya TMII di Candi Bentar TMII,Jakarta, Sabtu (24/8/2019) malam. Foto: Sri Sugiarti

Dikisahkan ayah Dara Itam gugur dalam sebuah pertempuran (Bakayo) dan kepalanya disimpan dalam tajak (guci/tempayan). Sedangkan Dara Itam dapat terselamatkan oleh inang-inang dan akhirnya menjadi seorang Belian atau dukun terkenal di Kabupaten Landak.

Suatu hari, Dara Itam sedang mandi di sungai, rambutnya yang panjang terurai, membuat Raja Pulang Palih yang melihatnya ingin mempersunting dan membawanya ke kerajaan Angrat Batur.

Tidak ingin menolak, Dara Itam mengajukan satu sarat. Yakni raja harus bisa mengambil kepala ayahnya yang dsimpan oleh Suku Dayak Baijuk.

Raja menyanggupinya dengan membuat strategi dan sayembara, barang siapa yang berhasil membawa kepala Patih Gumantar akan diberi hadiah.

Tersebutlah, pemuda bernama Riasinir menyanggupinya dan berhasil membawa kepala Patih Gumantar kembali untuk diberikan kepada Raja Pulang Palih. Jodoh tidak akan kemana, jika menjadi kehendak Tuhan yang Maha Kuasa. Dara Itam akhirnya dipersunting oleh Riasinir.

Itulah sedikit kisah yang ditampilkan dalam mozaik budaya Anjungan Kalimantan Barat (Kalbar) di panggung Candi Bentar TMII, Jakarta, Sabtu (24/8/2019) malam.

“Kisah Dara Itam ini sampai saat ini masih terus dilestarikan masyarakat Dayak, Kalimantan Barat,” kata penulis skenario Dara Hitam, Joice Rika, kepada Cendana News ditemui disela acara.

Lihat juga...