Asumsi Makro Ekonomi 2020, INDEF: Perekonomian Nasional Stagnan
Editor: Koko Triarko
Asumsi ke tiga, ICP yang diperkirakan 65 US$ per barrel masih bersifat unpredictable. Tentu saja, sebut dia, elastisitas harga minyak mentah dunia sangat elastis, sangat dipengaruhi oleh dinamika global. Tentu angka ini juga masih sangat rentan berubah.
Karena itu, untuk asumsi ini Rizal menilai sangat rentan terjadinya perubahan-perubahan target ekonomi yang akan dicapai.
Jika dilihat hasil perkiraan, bahwa pertumbuhan produksi minyak mentah lebih tinggi dibandingkan dengan permintaannya pada 2019.
Implikasinya, pergerakan harga sedikit mengalami penurunan. Pertumbuhan produksi ini juga didorong oleh meningkatnya cadangan shale oil oleh AS.
“Artinya, perkiraan permintaan minyak mentah dunia pada 2019 sebesar 101,7 juta barel per hari, akan meningkat pada 2020,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, produksi minyak mentah pada 2019 diperkirakan pada kisaran 103,5 juta barel per hari, meningkat dibandingkan dengan produksi minyak mentah tahun sebelumya sebesar 101,3 juta barel per hari.
Implikasinya adalah peningkatan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan permintaan minyak mentah, dapat mendorong harga produksi yang makin menurun.
“Namun, pergerakan harga tersebut lagi-lagi masih dibayangi oleh risiko perang dagang global dan geopolitik. Sehingga, harga dapat berfluktuasi dengan volatilitas yang tinggi,” tukasnya.
Asumsi ke empat, yaitu lifting migas merupakan volume produksi minyak dan gas bumi dari lapangan migas nasional yang dijual atau disalurkan.
Dijelaskan dia, lifting migas dan ICP merupakan dasar perhitungan dalam pelaksanaan anggaran pemerintah. Terutama untuk perhitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam sektor migas, penerimaan perpajakan di sektor migas, dan transfer ke daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH) untuk daerah penghasil migas.