Asumsi Makro Ekonomi 2020, INDEF: Perekonomian Nasional Stagnan

Editor: Koko Triarko

“Ini menunjukkan, bahwa perekonomian nasional kita stagnan. Artinya, perekonomian nasional tidak jauh lebih baik dari 2019. Tentunya, akan mempunyai tantangan besar tersendiri dalam mencapai target tersebut,” kata Rizal, pada diskusi online INDEF bertajuk “Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2020: Harapan dan Tantangan”, Jumat (16/8/2019) sore.

Apalagi, target pertumbuhan ekonomi yang berada pada tingkat 5,3 persen dengan mengandalkan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Padahal, kedua indikator tersebut, saat ini di triwulan II 2019 masih belum memberikan sinyal yang lebih baik sesuai yang diharapkan.

Misalnya, sebut Rizal, target investasi masih belum memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II.  Termasuk juga daya beli yang perlu digenjot lagi, agar konsumsi masyarakat makin meningkat.

Untuk asumsi kedua, lanjut dia, yakni di tengah kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian. Apalagi, kondisi ekonomi global yang masih unpredictable, perang dagang antara US dan Cina akan sangat berdampak terhadap ketercapaian target asumsi ini.

Kondisi nilai tukar terhadap US dollar yang kian tidak mudah dikendalikan. Ini menunjukkan, bahwa nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar AS sangat berat mengontrolnya.

Termasuk dalam hal ini, perlu kebijakan moneter yang kondusif. Efeknya tentu saja, aliran investasi (capital inflow) yang belum bisa dijamin masuk ke dalam negeri. Selain persepsi dan sentimen pasar terhadap perbaikan iklim investasi, masih butuh kondusifitas yang positif.

Juga perlu perbaikan FDI (Foreign Direct Investment) antara kebijakan moneter yang ekspansif dan juga fiskalnya.

Lihat juga...