Bupati Inisiasi Langsung Pengolahan Sampah Organik di Banyumas

Editor: Mahadeva

Bupati Banyumas, Ahmad Husein memperlihatkan tong tempat penampungan dan pengolahan sampah organik yang berbiaya murah, Rabu (31/7/2019). (FOTO : Hermiana E.Effendi)

PURWOKERTO – Persoalan pengelolaan sampah organik di Banyumas akan dilakukan dengan metode komposer. Pengolahan yang diinisiasi Bupati Banyumas, Ahmad Husein, tersebut berbiaya murah dan terjangkau.

“Tong untuk menampung sampah organik ini, saya beli di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, harganya juga murah hanya Rp200.000, untuk yang agak besar Rp300.000. Kemudian untuk cairan bakterinya harganya hanya Rp50.000 dan bisa digunakan selama satu tahun untuk rumah tangga,” terang Ahmad Husein, Rabu (31/7/2019).

Langkah pengelolaannya, yang pertama sampah harus dipilah antara organik dan non organik. Sampah organik dimasukan ke dalam tong dan kemudian diberi cairan bakteri dengan menyemprotkan cairan bakteri yang telah dicampur air biasa. Kemudian tong ditutup rapat.

Dalam jangka waktu enam hari akan terjadi proses pembusukan. Setiap hari, sampah organik dimasukan kedalam tong dan diikuti dengan penyemprotan bakteri. Di dalam tong tersebut kemudian akan terbentuk dua bentuk pupuk, yaitu pupuk kompos padat yang bisa diambil pada bagian bawah tong. Dan pupuk organik cair yang keluar melalui kran.

Namun untuk pupuk organik cair, harus melalui proses pengolahan lagi sebelum digunakan.“Kompos yang padat di bagian bawah tong ini bisa langsung dipergunakan untuk memupuk tanaman. Dan saya menggunakan untuk pupuk tanaman di rumah dan pendopo ini,” jelasnya.

Untuk bakteri yang digunakan untuk menyemprot sampah organik, hanya dibutuhkan satu sendok makan untuk dicampur dengan dua liter air. Sehingga, satu liter bakteri yang dibeli Rp50.000, bisa dipergunakan selama satu tahun.

Husein sudah menerapkan pengolahan sampah organik tersebut di rumah dinas selama dua bulan terakhir. Dengan metode tersebut, tidak ada sampah organik yang keluar dari kompleks pendopo. Semua sampah diolah secara mandiri oleh bupati. “Dengan biaya yang murah, metode ini bisa diterapkan di rumah-rumah warga. Hanya saja, masyarakat perlu belajar memilah sampah dengan benar,” katanya.

Lihat juga...