Angka Kekerdilan di Parigi Moutong Masih Tinggi

PARIGI – Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mengatakan, penanganan kekerdilan (stunting) atau kekurangan gizi kronis yang menyebabkan tubuh pendek (kerdil) pada anak perlu keterlibatan lintas sektoral. Kepala Dinas Kesehatan Parigi Moutong, Revy Tilaar, mengatakan, menurunkan angka kekerdilan di kabupaten itu harus berkolaborasi dengan pemerintah pusat, daerah, pemangku kepentingan hingga masyarakat secara masif.

“Jika tugas ini hanya menjadi tanggung jawab dinas kesehatan semata, saya kira target menurunkan angka kekerdilan akan lama terwujud,” ujar Revy, di Parigi, Selasa (23/7/2019).

Kekurangan gizi kronis pada anak masih menjadi permasalahan nasional. Berdasarkan riset kesehatan daerah, kekerdilan pada 2018 prevalensi kekurangan gizi kronis di Sulteng sebesar 32,3 persen, sedangkan Parigi Moutong sebesar 33,7 persen.

“Angka kekerdilan di Parigi Moutong masih tinggi, sehingga penanganan dibutuhkan solusi konkret, ” ucap Revy.

Kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (Balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Karena itu, pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin untuk membebaskan anak dari risiko terhambatnya perkembangan otak, yang menyebabkan tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.

Bentuk pencegahannya perlu intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. “Pengalaman global menunjukkan, bahwa penyelenggaraan intervensi terpadu untuk menyasar kelompok prioritas yang merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak dan pencegahan,” katanya.

Lihat juga...