Produk Nanobiosilika dari Sekam Padi Diminati Industri Eropa
JAKARTA — Industri Eropa, khususnya Jerman, minati produk nanobiosilika dari sekam padi hasil inovasi Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.
Hal ini terungkap dalam ajang “Indonesia Innovation Day (IID) 2019”, yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Saarland University, Saarbrücken, Jerman selama 25-27 Juni 2019.
Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Prayudi Syamsuri menyatakan, keunggulan produk nanobiosilika yaitu bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
Selain itu, ujar dia, proses produksi menggunakan energi yang lebih rendah dan dapat dihasilkan dua jenis produk sekaligus (nanobiosilika cair dan serbuk), serta performa dan harga produk akhir dapat bersaing dengan produk komersial yang ada di pasaran.
“Keunggulan-keunggulan inilah yang kami tawarkan melalui ajang IID 2019 untuk menarik minat industri dan pasar Eropa,” ujar Prayudi melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Silika merupakan suatu senyawa yang memiliki banyak manfaat di berbagai industri, seperti penguat ban kendaraan, semikonduktor elektronik, penghambat korosi, katalis, anticaking pada pangan, pemurnian minyak, pembersih pada pasta gigi, bahan kosmetika, pembersih deterjen, bahan cat, bahan penghantar obat, serta bahan pupuk/hara tanaman.
Saat ini silika komersial yang digunakan di dunia, termasuk di Eropa, sebagian besar berasal dari pasir kuarsa/batuan mineral, yang merupakan bahan tidak terbarukan dan membutuhkan energi tinggi dalam prosesnya.
“Kami namakan nanobiosilika untuk membedakan produk sejenis dari pasir, batuan ataupun proses sintetis,” ujar periset nanobiosilika dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Hoerudin.