Labu Madu, Komoditas Alternatif Petani Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Memasuki bulan ketiga, buah labu madu yang siap dipanen ditandai dengan buah berwarna kuning keemasan. Labu madu diakuinya sudah dipesan oleh distributor yang akan menjual ke sejumlah pasar modern.
Sebagian buah yang disortir dan memiliki ukuran kecil dijual di pasar tradisional. Buah labu madu yang memiliki rasa manis dengan cukup direbus disebut Robiin banyak diminati.
Selain sebagai makanan pengganti nasi, labu madu dipilih sebagai bahan pembuatan makanan. Saat musim kemarau labu madu bahkan kerap dijadikan campuran dalam pembuatan es kolak.
Sebagai komoditas pertanian yang belum banyak dikembangkan, Robiin menyebut harga jual masih menjanjikan. Pada level konsumen ia menyebut labu madu bisa dijual dengan harga Rp15.000 bahkan bisa mencapai Rp25.000 per kilogram di pasar swalayan.
Meski demikian pada level petani ia menyebut harga labu madu dibeli dengan harga Rp10.000. Setiap kali penanaman atau satu kali masa panen, Robiin menyebut menanam sekitar 700 batang dengan hasil panen sekitar 4 ton. Hasil sekali panen disebutnya bisa mengantongi uang sebanyak Rp40 juta.
“Dibanding menanam jagung budidaya labu madu bagi saya lebih menguntungkan karena hasilnya cukup menjanjikan,” terang Robiin.
Ia beralasan dengan masa tanam hampir sama dengan waktu menanam jagung, hasilnya bisa dua kali lipat dibanding menanam jagung. Pada lahan seluas dua hektare ia bahkan melakukan penanaman dengan bertahap.
Saat lahan pertama untuk menanam labu madu sudah selesai dipanen, ia bisa menunggu proses pemanenan di lahan berikutnya. Musim tanam gadu diakui Robiin bisa menjadi pilihan untuk memperoleh hasil meski pasokan air berkurang.