Labu Madu, Komoditas Alternatif Petani Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Sekali proses penanaman Robiin menyebut, menanam sekitar 700 batang labu madu. Persiapan pengolahan lahan dilakukan menggunakan cangkul dan diberi pupuk kompos, urea, NPK lalu media tanam ditutup dengan plastik mulsa.
Penanaman menggunakan media mulsa plastik dilakukan untuk meminimalisir pertumbuhan gulma berupa rumput dan jamur. Memasuki usia dua pekan ia sudah menyiapkan lanjaran atau tiang penyangga dari bambu.
Penyangga dari bambu disebutnya dipilih dari bambu tali sebagai rambatan sekaligus penopang saat labu madu berbuah.
Proses perawatan tanaman labu madu menurut Robiin terbilang mudah dengan pasokan kebutuhan air dan pupuk memadai. Proses penyiraman dengan menyediakan drum plastik yang dipergunakan sebagai tempat mencampur pupuk organik.
Pupuk organik tersebut diakuinya diberikan menggunakan sistem kocor. Sebab proses pemberian pupuk dengan sistem kocor lebih efektif dengan melakukan penyiraman sekaligus pemupukan. Cara tersebut diakuinya untuk menghemat penggunaan air pada masa tanam gadu.
“Saat musim tanam gadu kebutuhan air sangat perlu dihemat sehingga sistem kocor menjadi alternatif pada lahan pertanian labu madu,” beber Robiin.
Robiin menyebut membutuhkan modal untuk budidaya labu madu sekitar Rp10 juta. Modal tersebut diakuinya dipergunakan untuk pembelian bibit, biaya pengolahan, mulsa, bambu, pupuk, obat-obatan serta biaya perawatan.
Saat musim kemarau ia menyebut jenis hama yang paling dominan menyerang berupa belalang dan ulat daun. Hama yang menyerang daun muda tersebut diatasi dengan penggunaan obat semprot pembasmi hama.
Selain itu perawatan dilakukan dengan mengurangi daun yang tumbuh untuk merangsang perkembangan bunga dan buah.