Petani Padi di Bekasi Keluhkan Harga Pupuk
Editor: Mahadeva
BEKASI – Petani di Kabupaten Bekasi mengeluhkan tingginya harga pupuk urea di wilayahnya. Harga yang didapatkan saat ini, tidak sebanding dengan harga jual gabah kering hasil tanam petani.

“Harga Pupuk jenis Urea mencapai Rp15 ribu per-kilo. Sementara gabah petani dibeli hanya Rp6.000 per-kilo,” kata Sanim, petani padi, di Desa Cibening, Cikarang, Kabupaten Bekasi, kepada Cendana News, Senin (8/4/2019).
Untuk satu hektare sawah, diperlukan sekira tujuh kuintal Pupuk Urea, jika ingin hasil panen maksimal. Sementara, beberapa petani, terkadang masih kekurangan dengan tujuh kuintas pupuk untuk setiap hektare sawah.
Beban biaya lainnya adalah, nandur, bajak, dan pembersihan lokasi, yang semuanya menggunakan biaya seperti upah. “Untuk satu hektare sawah, total biaya yang dikeluarkan seperti pupuk, tenaga dan lainnya mencapai Rp8,5 juta. Sementara harga hanya Rp6.000,” ungkap Sanim.
Untuk satu hektare sawah, setelah panen mengeluarkan hasil satu ton gabah. Hal tersebut jika perawatannya bagus, seperti pupuk yang mencukupi. Diharapkan, pemerintah bisa memberi solusi terbaik bagi petani, sehingga hasil panen bisa maksimal. Setidaknya, Sanim menginginkan harga beli gabah bisa mengimbangi harga pupuk. “Harapannya harga gabah, perkilonya bisa Rp7.500,” tandasnya.
Tidak sebandingnya harga jual gabah dengan harga beli pupuk dibenarkan, petani lain Babah Yanta. Dihitung-hitung, harga jual yang diterima sangat tidak memadai, bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, untuk satu kali panen.