Panen Raya Jagung, Permintaan Mesin Pemipil Meningkat

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Memasuki panen raya jagung di wilayah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) berimbas peningkatan permintaan mesin perontok atau pemipil (dry corn sheller).

Bajuli, petani pemilik kebun jagung di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, menyebut, petani memilih menjual jagung dengan sistem pipilan. Sebab jagung yang sudah dipipil memudahkan pengangkutan, menghindari kerusakan serta memudahkan pengolahan. Pemipilan jagung diakuinya dilakukan dalam kondisi kering agar jagung tidak pecah.

Bajuli menyebut, saat ini sejumlah warga yang memiliki modal lebih memiliki mesin pemipil jagung untuk disewakan. Panen raya jagung yang bersamaan diakuinya membuat sejumlah petani membutuhkan mesin pemipil jagung yang dibayar dengan sistem tonase.

Sesuai perhitungan ia menyebut, rata-rata per karung jagung dalam kondisi masih bertongkol menghasilkan sekitar 30 kilogram jagung pipilan. Sesuai prediksi, sebanyak 272 karung jagung setelah dirontokkan bisa menghasilkan sekitar 8 ton jagung.

Sesuai dengan perhitungan sewa mesin perontok jagung, saat ini untuk satu ton jagung upah pemipilan ditetapkan sebesar Rp170.000. Memperhitungkan hasil sebanyak 8 ton jagung yang dihasilkan maka penyewaan mesin pemipil jagung yang harus dibayar bisa mencapai Rp1,3 juta.

Biaya sewa tersebut diakuinya cukup sebanding karena dengan proses pemipilan ia akan terbantu dan mudah untuk menjual jagung miliknya.

“Petani yang memilih menjual jagung dalam bentuk pitilan akan lebih efisien proses pengiriman dibandingkan dengan menjual jagung dengan sistem karungan atau gelondongan, meski harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa alat pemitil jagung,” terang Bajuli, salah satu petani jagung saat ditemui Cendana News, Senin (1/4/2019).

Lihat juga...