Menyulap Bara Api di Riau Menjadi Sumber Ekonomi
“Kita pastikan program ini akan terus berlanjut dan diperluas di Provinsi Riau,” ujarnya .
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa potensi pengembangan perkebunan ramah gambut kepada masyarakat begitu besar, dan perlu terus digali.
“Kita sadari masyarakat butuh dukungan untuk mengelola lahan gambut pertanian tanpa bakar. Lahan produktif, hasilnya bisa berikan dampak ekonomi. Kita bantu mulai dari pembibitan hingga pasca panen,” jelasnya.
Potensi Liberika
Gubernur Riau, Syamsuar, beberapa waktu lalu meminta agar lahan bekas kebakaran lahan dan hutan yang sepanjang 2019 ini mencapai lebih dari 2.800 hektare dan mayoritas terjadi di pesisir wilayah itu untuk ditanami kembali dengan tanaman kopi liberika.
Syamsuar mengatakan tanaman kopi liberika dinilai layak dikembangkan di Provinsi Riau, terutama wilayah pesisir yang mayoritas berkontur lahan gambut. Selain itu, dia mengatakan komoditas kopi saat ini diterima dengan baik di pasar dunia internasional dan sukses dibudidayakan di wilayah Kepulauan Meranti.
“Itu salah satu solusi. Kita tidak berharap lagi di situ ditanami dengan tanaman sawit,” kata Syamsuar disela-sela ekspor beragam komoditas pertanian Provinsi Riau di Kantor Balai Karantina beberapa waktu lalu.
Masalahnya, hingga kini dia menilai masyarakat Provinsi Riau masih memiliki pola pikir bahwa sawit merupakan sumber kehidupan utama. Padahal, kopi seperti jenis liberika yang sukses dikembangkan di wilayah pesisir seperti Kepulauan Meranti, Riau, diterima dengan baik dunia internasional. “Dan kopi saat ini menjadi tren dunia,” ujarnya.
Untuk itu, dia berharap kepada pemerintah terkait dapat membantu penyediaan bibit kopi untuk bisa dikembangkan di wilayah bekas Karhutla.