Bisnis Kayu Palet di Bali Menggeliat
Editor: Makmun Hidayat
DENPASAR — Bisnis kayu palet di Bali khususnya Denpasar mulai menggeliat beberapa tahun belakangan ini. Dan kebanyakan, kayu yang digunakan jenis jati Belanda dan jati Asia.
Ma’ruf, salah satu penjual kayu palet di Denpasar mengatakan, kayu-kayu ini merupakan kayu bekas peti kemas.
“Kalau kita orang Indonesia gunakan kayu pinus mas. Karena memiliki tekstur atau serat kayu yang menyerupai kayu jati,” ucap Ma’ruf saat ditemui di tempat usahanya Selasa, (9/4/2019).
Kayu jati Belanda dan Asia ini memiliki sedikit perbedaan. Yaitu jika kayu jati Belanda memiliki tekstur kayu yang agak coklat kehitaman. Sementara kayu jati Asia cenderung lebih putih.
Biasanya kayu-kayu ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dijadikan kursi, meja, lemari, hiasan dinding, plafon, dan berbagai macam lainnya. Hal tersebut lantaran kayu ini juga merupakan salah satu kayu yang bebas dari serangan hama kayu, yaitu rayap.
“Dari segi harga kayu-kayu jati imitasi ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kayu jati pada umumnya,” imbuh pria asal Banyuwangi Jawa Timur ini.
Untuk harga sendiri biasanya itu Rp7.000 sampai Rp14.000 per biji. Hal tersebut tergantung dari ukuran dan jenisnya kayu yang dibeli. Sementara untuk ukurannya dari mulai ukuran 90 sampai 3 meter. Dan paling banyak peminatnya kayu 120 meter karena biasanya akan dibuat sebagai plafon dinding.
“Kebanyakan barang (kayu) ini saya ambil dari Jakarta, Bogor dan Surabaya,” terang Ma’ruf.
Karena memiliki serat seperti kayu jati, dan bebas rayap, kayu jati Belanda dan Asia ini cenderung dicari oleh para tukang.
Sebut saja Diaz, tukang kayu ini mengaku lebih sering menggunakan kayu pinus ini untuk mendekorasi beberapa proyeknya seperti villa, restoran maupun spa di kawasan objek wisata di Bali.