Menyulap Bara Api di Riau Menjadi Sumber Ekonomi
“Riau strategis karena dekat dengan negara tetangga. Buah-buah dari Riau, nanas contohnya cukup dikenal. Potensi ada, tapi memang kita perlu benahi sistemnya,” katanya.
Langkah pertama, kata dia, nanas serta produk turunannya juga harus higienis dan terdaftar di Kementerian Kesehatan serta lolos uji Balai Pengawas Obat dan Makanan. “Harus higienis sehingga diterima pasar,” ujarnya.
BRG selanjutnya akan berupaya menjembatani petani nanas di Kampar dengan konsultan bisnis di Jakarta sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah ekonomi.
“Dibutuhkan konsultan bisnis. Kita juga sudah kontak Jakarta. Ada grup besar yang sedang mengajak petani berbagai daerah Indonesia. Mereka punya dapur yang sangat canggih untuk mengolah itu. Itu sudah kita mulai,” jelasnya.
Perluas Program
Nazir menyatakan BRG akan terus memperluas program revitalisasi ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan gambut sebagian salah satu upaya restorasi selain rewetting dan revegetasi.
Program revitalisasi menjadi program yang akan terus didorong sepanjang 2019 ini karena berdampak luas dengan perbaikan gambut sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Dari rapat kabinet yang dipimpin Presiden diprioritaskan membantu masyarakat. (Salah satu pembahasan) tidak boleh membuka lahan dengan bakar dan kita harus bantu. Kita tindak lanjuti dengan program revitalisasi yang diperkuat,” jelas Nazir.
Dalam kunjungannya kemarin, dia turut menyerahkan enam surat perjanjian kerjasama swakelola (SPKS) yang merupakan bagian dari program revitalisasi ekonomi.
Enam SPKS tersebut terdiri dari satu paket kegiatan budidaya nanas di Desa Pagaruyung, Kampar. Selanjutnya tiga paket kegiatan peternakan sapi untuk tiga Pokmas di Kabupaten Bengkalis. Serta satu paket masing-masing budidaya cabai di Bengkalis dan lebah kelulut di Kota Dumai.