Bali Kebut Pembangunan Fasilitas Iradiasi Sinar Gamma

Editor: Satmoko Budi Santoso

DENPASAR – Peneliti energi nuklir dari  Badan Tenaga Nuklir Nasional  (BATAN) Prof. Yohannes Sardjono, mengemukakan, keunggulan penerapan iradiasi gamma pada produk pertanian dan peternakan  mampu memperpanjang usia simpan produk tersebut.

“Pemaparan dengan sinar gamma akan membantu meminimalkan bakteri dan penyebab busuk lainnya sehingga masa simpan bisa lebih panjang. Namun demikian, prosesnya sama sekali tidak merusak kandungan gizi dari bahan pangan dan tetap aman serta higienis untuk dikonsumsi,” papar Prof. Sardjono saat menggelar audensi bersama tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Kantor Gubernur Bali, Selasa (2/4/2019).

Ditambahkannya lagi, dengan masa simpan yang panjang, produk pertanian tersebut otomatis dapat dipasarkan dan didistribusikan dengan lebih leluasa karena meminimalkan risiko kebusukan. Jadi ia menambahkan, akan sangat mengurangi risiko produk yang terbuang sia-sia.

Petani pun bisa mendapatkan dampak secara ekonomi karena produknya bisa lebih lama dipasarkan.

Sardjono juga menyebutkan, fasilitas iradiasi sinar gamma sudah banyak diterapkan di negara-negara lain terutama yang memiliki komoditas pertanian.

“Jepang misalnya sudah punya belasan fasilitas iradiasi sinar gamma untuk penanganan produk pertaniannya. Begitu pun China dan Australia. Harapannya dengan pembangunan fasilitas ini, Bali bisa menuju kepada kedaulatan pangan, penanganan pertanian dari hulu ke hilir serta memberikan produk berkualitas baik untuk pasar lokal maupun wisatawan asing,” imbuh Prof. Sardjono.

Sementara itu, Gubernur Bali, Wayan Koster, tak ingin berlama-lama dengan rencana pembangunan fasilitas penanganan pascapanen produk pertanian dengan sistem iradiasi gamma.

Lihat juga...