Wantim MUI: Tokoh Agama tak Terpuji Picu Sekularisme

Editor: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Tokoh agama dengan perilaku tidak terpuji akan memicu terjadinya sekularisme yang memisahkan agama dari tata negara dan kebangsaan.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Didin Hafidhuddin pada rapat pleno ke-37 Wantim MUI di kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Dia mencontohkan, negara Eropa yang sekuler. Ini terjadi menurutnya, karena berawal dari ketidakpercayaan masyarakatnya kepada tokoh agama dan institusi agama.

“Negara Eropa kenapa sekuler? Ya karena berawal adanya ketidakpercayaan masyarakat pada tokoh agama dan institusi agama di negara tersebut,” kata Didin.

Maka dari itu, kata dia, Wantim MUI mendorong agar para politisi, terutama dari kalangan agama untuk tidak menghalalkan segala cara dalam berpolitik.

Jika perilaku seperti ini berlanjut, maka menurutnya, citra tokoh agama akan semakin tercoreng. Sehingga kondisi ini akan menyebabkan kepercayaan masyarakat menurun, dan berujung pada adanya desakan sekularisasi.

Guru Besar IPB ini menegaskan, bahwa salah satu cara agar tidak terjadi tindakan menghalalkan segala cara dalam politik, yakni harus mendorong terwujudnya Pemilihan Umum (Pemilu) yang damai, berkualitas, dan beradab.

Karena menurutnya, kita sebagai bangsa tidak boleh berhenti dalam mengupayakan Pemilu damai, berkualitas dan beradab. Apalagi politik di lapangan saat ini melahirkan hal-hal yang tidak terduga menghalalkan segala cara, seperti korupsi merajalela.

Dalam kontestasi politik, mantan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ini mengingatkan, bahwa Pemilu adalah salah satu upaya menciptakan demokrasi yang berkualitas dalam bernegara.

Lihat juga...