Prestasi Tinggi, Tidak Selalu Berdampak Positif

Editor: Mahadeva

YOGYAKARTA – Motivasi dan tujuan para pelajar untuk mencapai prestasi tinggi, ternyata tidak selalu berdampak positif.

Pasalnya, sikap toleransi rendah dan impulsif, justru menyebabkan pelajar mengalami kesulitan akademik ketika menghadapi tuntutan yang tinggi.

Peneliti sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UGM Yuli Fajar Susetyo (Foto: ist/ Jatmika H Kusmargana)

Dosen Fakultas Psikologi UGM, Yuli Fajar Susetyo, menyebut, pelajar membutuhkan kemampuan mengarahkan diri. Terutama untuk melepaskan diri dari ketergantungan kepada kelompok, dan mampu mengarahkan dorongan berprestasi secara tepat.

Riset yang melibatkan 375 mahasiswa UGM, dengan rentang usia 18 hingga 21 tahun yang diketahui belum mengerjakan skripsi, diketahui bahwa kepribadian, kesungguhan, efikasi diri, motivasi intrinsik, dan regulasi emosi memberi kontribusi 55,7 persen terhadap kepemimpinan diri.

“Kemampuan memimpin diri sendiri, bukanlah mekanisme otomatis yang dimiliki individu. Melainkan upaya kontrol diri secara sadar, dan melibatkan upaya mengarahkan pemikiran konstruktif, memotivasi diri, dan mengembangakan strategi perilaku,” kata Yuli Fajar, Kamis (28/03/2019).

Dari penelitian Yuli, diketahui kontribusi faktor kepribadian, kesungguhan, dan efikasi diri, terhadap motivasi intrinsik mencapai 49,8 persen. Sementara sumbangan kepribadian, kesungguhan, dan efikasi diri, terhadap regulasi emosi sebesar 18,9 persen.

Sedangkan kontribusi efektif kepribdian terhadap efikasi diri mencapai sebesar 61,1 persen. “Dari penelitian ini, kepemimpinan diri mahasiswa yang berprestasi sangat ditentukan oleh regulasi emosi dan motivasi intrinsik. Dengan demikian, kemampuan untuk memimpin diri tidak tergantung kepada ciri sifat kontrol diri, dan keyakinan diri karena lebih diperlukan adalah mekanisme kebiasaan menerapkan strategi, mengendalikan emsoi, mengendalikan kognitif dan mengendalikan motivasi,” tuturnya.

Lihat juga...