Penyakit Akibatkan Kerugian Pembudidaya Udang Windu dan Vaname
Editor: Satmoko Budi Santoso

Penyakit tersebut terjadi akibat penurunan kualitas air atau tidak stabilnya kualitas air media budidaya terutama perubahan suhu.
Sama seperti penyebab penyakit WSS atau bintik putih, perubahan dari musim panas ke hujan kerap membawa kerugian.
Sama seperti pada penyakit WSS, penyakit Myo bisa berimbas penurunan produksi pada budidaya udang vaname.
Ia menyebut dengan kondisi normal ia masih bisa memanen sekitar 3 kuintal namun akibat penyakit myo bisa hanya mendapatkan panen sekitar 100 kilogram bahkan tidak panen sama sekali.
Udang vaname yang bisa dipanen saat usia tiga bulan disebutnya saat ini dijual dengan harga Rp53.000 per kilogram. Padahal sebelumnya udang vaname bisa dijual dengan harga Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
“Penyakit pada udang Windu maupun Vaname umumnya karena perubahan suhu, pengaturan sirkulasi air yang tidak sempurna,” beber Nurdiono.
Nurdiono menyebut, kerugian berupa penurunan produksi budidaya udang membuat sejumlah petani memilih berhenti operasi. Sebagian memilih mengontrakkan lahan tambak dengan biaya kontrak sekitar Rp100 juta untuk beberapa kali budidaya.
Meski demikian, sejumlah petambak mulai mengikuti Asuransi Usaha Budidaya Udang (AUBU). Keikutsertaan asuransi tersebut diakuinya bisa ikut menekan kerugian saat petambak gagal panen akibat penyakit.