Kasus Penyakit Tidak Menular di Gorontalo, Meningkat
GORONTALO – Kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Reyke Uloli, mengatakan, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di provinsi itu mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.
“Memang, penyakit ini tidak menular, tetapi cukup membebani masyarakat dalam hal pembiayaan. Risiko kematian akibat penyakit tidak menular ini juga sangat tinggi,” ungkapnya, di Gorontalo, Kamis 97/3/2019).
Ia menjelaskan, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen pada 2013, menjadi 1,8 persen pada 2018. Prevalensi stroke naik dari 7 persen, menjadi 10,9 persen, ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen, serta hipertensi naik menjadi 34,1 persen.
“Naiknya prevalensi PTM tersebut, menempatkan Gorontalo di 10 besar nasional PTM di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah, yakni dengan membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Kementerian Kesehatan RI sudah mengalokasikan dana untuk pemerintah Provinsi Gorontalo dan kabupaten kota di Gorontalo.
“Dengan deteksi dini ini, tentunya kita bisa melakukan screening PTM untuk gula darah, diabetes kolesterol dan hipertensi. Ada juga kegiatan yang bisa dilakukan, seperti olah raga dan konseling di Posbindu yang dilaksanakan oleh desa. Kita berharap, dengan adanya Posbindu ini, penanganannya hanya sampai di desa, jangan sampai masuk rumah sakit,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo, Darda Daraba, menyebut tantangan pemerintah melalui Dinas Kesehatan saat ini semakin besar.