Seni Bela Diri Tjimande, Lestari di Lampung Selatan

Editor: Koko Triarko

Kegiatan latihan bersama sekaligus menampilkan ciri khas setiap peguron, dilakukan untuk mencari bibit-bibit baru yang ingin menekuni kesenian tersebut. Sebagai kebudayaan dan seni yang sudah berdiri puluhan tahun silam, Oba Sobari menyebut pengenalan kepada generasi muda dilakukan sejak dini.

Ia tidak menampik, aliran olah raga bela diri cukup banyak di Indonesia. Namun kesenian bela diri aliran Tjimande, sekaligus upaya untuk melestarikan pencak silat sebagai warisan leluhur.

“Sebagai masyarakat keturunan Sunda, Banten, yang memiliki kebudayaan dan seni silat Tjimande, kewajiban melestarikan selalu ditanamkan sejak dini,” tegas Oba Sobari.

Menurut Oba Sobari, Tjimande memiliki lima aspek dalam tradisi serta kebudayaan maenpo (pencak silat Sunda). Kelima aspek tersebut, yaitu aspek olah raga, seni budaya tradisi, bela diri, spritual dan pengobatan.

Aspek pengobatan yang kerap dilakukan, di antaranya pengobatan pijat atau urut gaya tjimande untuk pengobatan patah tulang.

Meski tinggal di Lampung Selatan, Oba Sobari bersama pengurus TTKDH yang merupakan keturunan Sunda dan Banten, berkomitmen menjaga nilai-nilai budaya silat Tjimande.

Sebagai bentuk upaya komitmen menjaga, mengembangkan dan melestarikan budaya seni pencak silat, pelatihan kepada generasi muda terus dilakukan.

Ia bahkan mewajibkan anak-anaknya untuk ikut Tjimande sejak dini, termasuk anak putrinya yang masih duduk di kelas 2 sekolah dasar.

Pada peguron yang dilatihnya, Oba Sobari melakukan latihan rutin setiap malam Jumat dan malam Minggu. Latihan rutin tersebut di antaranya kerap dilakukan dengan iringan musik sebagai pengiring variasi gerakan atau jurus yang diajarkan.

Lihat juga...