Sejumlah Usaha Perikanan di Lamsel Terdampak Tsunami

Editor: Koko Triarko

“Kami sebagai nelayan ingin tetap melaut, namun imbauan dari BMKG serta pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di laut setelah tsunami, hingga awal tahun membuat pasokan ikan kosong, terlebih nelayan sebagian mengalami kerusakan alat tangkap,” terang Samsul Bahri, Selasa (1/1/2019).

Kerusakan peralatan tangkap milik nelayan, sambung Samsul Bahri, sudah didata oleh Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Dinas Perikanan Lampung Selatan. Salah satu perahu tangkap ikan jenis fiber, merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Berdasarkan informasi di wilayah pesisir Kalianda dan Rajabasa, ratusan perahu nelayan, fasilitas pusat pendaratan ikan (PPI) Way Muli, lokasi produksi teri rebus dan ikan asin mengalami kerusakan.

Samsul Bahri mengungkapkan, belum ada informasi terkait bantuan dari instansi terkait, akibat tsunami bagi nelayan.

Samsul Bahri yang juga anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) wilayah Kalianda tersebut juga mengaku, telah mendorong pihak terkait agar peduli pada nelayan terdampak tsunami, terutama yang mengalami kerusakan alat tangkap. Sebab alat tangkap yang digunakan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi nelayan di wilayah pesisir Kalianda.

Samsul Bahri bersama sejumlah nelayan lain, bahkan masih membiarkan perahu dan bagan apung yang rusak. Sebab, sejumlah nelayan mengikuti program asuransi nelayan dengan salah satu syarat verifikasi untuk klaim kerusakan melalui verifikasi faktual kondisi alat tangkap yang rusak.

Sejumlah petugas bahkan mengambil foto perahu yang rusak, lengkap bersama pemilik dengan data ukuran perahu untuk pendataan.

Lihat juga...