Sejumlah Usaha Perikanan di Lamsel Terdampak Tsunami

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Pekan kedua pascabencana tsunami melanda wilayah pesisir Rajabasa, Kalianda, dan Lampung Selatan, sejumlah nelayan belum melakukan aktivitas. Akibatnya, sejumlah usaha yang menggantungkan pasokan ikan dari nelayan, pun tak bisa berproduksi.

Samsul Bahri (40), warga Desa Maja, Kecamatan Kalianda, menyebut, sejumlah nelayan di wilayahnya masih memilih beristirahat. Selain dampak tsunami mengakibatkan kerusakan rumah dan dermaga, fasilitas usaha produksi ikan teri rebus juga rusak bersama dengan peralatan tangkap jenis bagan congkel dan perahu fiber.

Wati, pedagang ikan di pasar ikan higienis Kalianda, Lamsel -Foto: Henk Widi

Menurut Samsul Bahri, di Desa Maja, jumlah nelayan terdampak tsunami mencapai puluhan orang. Meski demikian kerusakan pada perahu hanya terjadi pada perahu miliknya, dan satu nelayan lainnya, Rahmat. Sisanya sebanyak 9 bagan apung atau jerigen, mengalami kerusakan dominan patah pada bagian tiang penyangga dan pelampung.

Bagan apung milik nelayan disebutnya sudah tidak beroperasi sejak Oktober, silam, akibat cuaca buruk angin kencang dan gelombang tinggi.

Samsul Bahri menyebut, kerusakan pada bagan apung diakibatkan terjangan air laut yang masuk ke perkampungan setinggi hampir satu meter.

Pada kondisi normal, masyarakat di wilayah tersebut memiliki usaha sebagai nelayan tangkap, produsen teri rebus serta ikan asin. Kapasitas produksi per hari mencapai 500 hingga 1.000 kilogram. Namun setelah tsunami, nelayan tidak beroperasi. Imbasnya, produksi teri dan ikan asin berhenti akibat tidak ada bahan baku.

Lihat juga...