Mengenali Anak Berkebutuhan Khusus Sejak Dini

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau difabel di Indonesia adalah suatu hal yang rumit. Tekanan yang dialami orangtua dan keluarga karena memiliki ABK, bertambah berat dengan tidak adanya edukasi terkait apa yang harus mereka lakukan.

Pendiri SLC, Reshma Wijaya Bhojwani – Foto: Ranny Supusepa

Pendiri Saraswati Learning Center (SLC), Reshma Wijaya Bhojwani, menceritakan bahwa dirinya mengalami hal tersebut.

“Saya mengalami sendiri. Saat saya memiliki ABK, dokter menganjurkan saya untuk langsung ke Singapura untuk tes darah dan konsultasi. Terkait apakah benar ada kelainan pada gen ke-21 lalu apa yang harus dilakukan. Kendala yang bukan hanya jarak, tapi juga biaya. Ditambah, saat saya memulai apa yang disarankan dari Singapura, sudah ada delay waktu dalam pendidikan anak saya,” kata Reshma pada awak media, Rabu (30/1/2019).

Atas dasar pengalaman pribadinya ini dan diyakini juga masalah dari banyak orangtua yang memiliki ABK, Reshma melakukan upaya kerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi ABK selama 3 tahun belakangan ini.

“Saya bekerjasama dengan individu, institusi dan lembaga untuk membangkitkan kesadaran pemerintah dan lingkungan, terkait ABK. Baik berupa pengenalan dini pada ABK, bagaimana menentukan pola pengasuhan yang tepat, pendidikan yang tepat untuk menunjang kemandirian ABK dan fasum yang ramah ABK,” urai Reshma.

Pengenalan dini ini menurut Reshma sangat penting artinya bagi tumbuh kembang ABK. Dan seharusnya sudah mulai dilakukan semenjak anak ada dalam kandungan, bukan saat baru lahir. Apalagi jika sampai bertahun-tahun karena orangtua tidak menerima kondisi anaknya.

Lihat juga...